When you run so fast to get somewhere, you miss the fun of getting there.
Life is not a race, so take it slower.
Hear the music before the song is over.
You are part of the puzzle of someone else's life.
You may never know where you fit but others will fill the holes in their lives with pieces of you.
So if you run out of reasons to live, remember that someone else's life may never be complete without you in it.

Friday, June 29, 2012

TV—PENCURI WAKTU?


ANDAIKAN seseorang menawari Anda satu miliar rupiah asalkan Anda tidak menonton televisi selama sisa hidup Anda, maukah Anda menerima tawaran itu? Beberapa tahun yang lalu, 1 dari 4 orang Amerika yang dimintai pendapatnya berkata bahwa mereka tidak mau. Dalam survei lain, orang-orang ditanya tentang apa yang paling mereka dambakan. Mayoritas mengatakan bahwa mereka mendambakan kedamaian dan kebahagiaan. Tetapi, itu bukan keinginan mereka yang nomor satu. Hal utama yang mereka inginkan dalam kehidupan adalah televisi berlayar besar!

Televisi sangat populer di seluruh dunia. Kembali ke tahun 1931, sewaktu televisi masih dalam tahap perkembangan, ketua Korporasi Radio Amerika (RCA) berkata, ”Potensi jumlah pemirsa televisi pada puncak perkembangannya secara masuk akal mungkin hanya akan dibatasi oleh jumlah penduduk bumi itu sendiri.” Kata-kata tersebut mungkin terdengar terlalu berlebihan kala itu, tetapi tidak demikian halnya dewasa ini. Jumlah televisi di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 1,5 miliar, dengan jumlah pemirsa yang lebih tinggi lagi. Suka tidak suka, televisi sangat berperan dalam kehidupan manusia.

Jumlah waktu yang banyak orang abdikan untuk menonton televisi sangat mengejutkan. Baru-baru ini, suatu penelitian global memperlihatkan bahwa, rata-rata, orang menonton TV lebih dari tiga jam setiap hari. Orang Amerika Utara menonton empat setengah jam setiap hari, sedangkan orang Jepang berada di urutan pertama, yakni lima jam setiap hari. Jumlah itu terus berakumulasi. Jika kita menonton empat jam setiap hari, pada usia 60 tahun kita telah menghabiskan waktu sepuluh tahun di depan layar televisi. Namun, tidak satu pun di antara kita yang mau kata-kata berikut tertulis di batu nisannya, ”Di sini terbaring sahabat kami yang tercinta, yang telah mengabdikan seperenam masa hidupnya untuk menonton TV.”

Apakah orang-orang menonton televisi hingga berjam-jam karena mereka menikmatinya? Tidak selalu demikian. Banyak yang mengakui bahwa mereka terlalu banyak menonton TV dan merasa bersalah karena tidak menggunakan waktu mereka secara produktif. Beberapa mengatakan bahwa mereka ”kecanduan TV”. Tentu saja, orang yang kecanduan TV tidak persis sama seperti orang yang kecanduan narkoba, meskipun ada kemiripannya. Para pecandu mengabdikan banyak waktunya untuk narkoba. Meskipun mereka ingin mengurangi waktu itu atau menghentikan kebiasaan itu, mereka tidak dapat. Mereka mengorbankan kegiatan sosial dan keluarga yang penting demi memakai narkoba, dan mereka mengalami gejala-gejala putus narkoba bila mereka berhenti memakainya. Semua gejala ini bisa dialami oleh orang yang banyak menonton televisi.

Tidak baik makan terlalu banyak madu,” tulis seorang Raja yang bijaksana. Prinsip yang sama berlaku dalam hal menonton televisi. Meskipun televisi menawarkan banyak hal yang patut dilihat, terlalu banyak menontonnya akan mengurangi waktu untuk keluarga, menghalangi kemampuan anak-anak membaca serta prestasi mereka di sekolah, dan menyebabkan obesitas. Jika Anda menggunakan banyak waktu menonton TV, bersikaplah cerdik dengan memikirkan manfaat apa yang Anda peroleh sebagai hasilnya. Waktu kita terlalu berharga untuk disia-siakan. Langkah cerdik lainnya adalah memikirkan apa yang kita tonton. Kita akan membahas pokok ini dalam artikel berikut.



source:
Sedarlah! Juni 2006

No comments:

Post a Comment