When you run so fast to get somewhere, you miss the fun of getting there.
Life is not a race, so take it slower.
Hear the music before the song is over.
You are part of the puzzle of someone else's life.
You may never know where you fit but others will fill the holes in their lives with pieces of you.
So if you run out of reasons to live, remember that someone else's life may never be complete without you in it.

Monday, June 25, 2012

KEBANGKITAN DAN KEJATUHAN DUNIA PERDAGANGAN. Bagian 6: Kecemasan Ekonomi—Kapankah Akan Berakhir?


Kebangkitan dan Kejatuhan Dunia Perdagangan

Bagian 6: Kecemasan Ekonomi—Kapankah Akan Berakhir?



SELAMA perdagangan yang tamak terus dengan ketat mencengkeram masyarakat, kecemasan ekonomi akan berlanjut. Itu adalah kabar buruk. Kabar baiknya adalah bahwa cengkeramannya akan segera dipatahkan, mengakhiri kecemasan ekonomi untuk selama-lamanya. 

Sarana yang Sangat Efektif

Tujuan periklanan—jika diterapkan dalam ilmu ekonomi—adalah untuk menjual barang atau jasa. Guna meningkatkan penjualan, masyarakat harus dipengaruhi untuk membeli. Papan reklame, surat kabar, majalah, radio dan televisi, serta hal-hal yang menjengkelkan berupa surat selebaran, bertujuan untuk mencapai maksud tersebut.

Periklanan yang canggih melalui televisi modern jauh lebih maju daripada pesan-pesan para pembawa berita di Yunani purba. Namun tujuan periklanan—untuk mempengaruhi masyarakat—belum berubah. Penemuan jenis mesin cetak yang dapat dipindah-pindahkan oleh Johannes Gutenberg membuka cakrawala baru bagi periklanan publik sehingga pada tahun 1758 tokoh sastra Inggris bernama Samuel Johnson dapat menulis, ”Periklanan sekarang begitu banyak sehingga iklan-iklan itu asal dibaca saja, dan oleh karena itu perlu menarik perhatian dengan mengumbar janji-janji yang muluk dan dengan kefasihan bahasa yang kadang-kadang agung dan kadang-kadang menggugah emosi.” Seandainya ia tidak menggunakan ejaan yang lama, kita dapat mengira bahwa Johnson menulis kata-kata ini sekarang, pada tahun 1992.

Periklanan diberi daya gerak yang segar oleh revolusi industri. Sekian banyak produk baru yang disediakannya membutuhkan pembeli, yang sekarang dapat dijangkau oleh jaringan surat kabar dan majalah yang terus berkembang. Pada waktunya, radio dan televisi kemudian menjangkau bahkan lebih banyak pendengar dan pemirsa. Periklanan menjadi bisnis yang berdiri sendiri. Agen-agen periklanan sudah dibentuk sejak tahun 1812, ketika Reynell and Son dibuka di London.

Jika periklanan dapat dipercaya, memberi kita informasi tentang barang atau jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan kita yang wajar, ia menjalankan fungsi yang baik. Akan tetapi, tidak demikian halnya bila periklanan melanggar batas-batas yang patut, merayu kita sehingga membeli apa yang tidak kita butuhkan dan mengambil utang yang membebani demi kepuasan sesaat. ”Ia membujuk, ia memohon, ia menalar, ia berteriak,” demikian cara seorang penulis melukiskan periklanan, dan menambahkan, ”Apakah secara sadar atau tidak sadar, kita semua dipengaruhi, secara positif atau secara negatif, oleh periklanan.”

Para calon pembeli sering kali dibuai oleh faktor-faktor yang bahkan tidak relevan. Para pemasang iklan memikat ego; mereka menggugah emosi. Mereka mungkin menampilkan setengah kebenaran. Lebih buruk lagi, mereka mungkin menutupi segi-segi negatif atau bahaya dari produk mereka, dengan demikian mereka benar-benar kurang memperhatikan kesejahteraan orang-orang lain—semua ini atas nama persaingan ekonomi.

Apakah Persaingan Ekonomi Perlu?

Anda mungkin merasa, seperti banyak orang, bahwa persaingan perlu demi kemajuan. Dan, sesungguhnya, saat ini, persaingan ekonomi yang jujur dapat melindungi konsumen dalam beberapa segi. Namun, buku panduan pendidikan Psychology and Life meragukan apakah persaingan merupakan ”suatu sifat yang perlu dalam alam kehidupan manusia”, dengan bertanya, ”Haruskah kita berdiri dengan satu kaki menginjak leher orang yang kalah agar dapat berbahagia?”

Meskipun menyebut bahwa orang-orang yang dibesarkan di dalam masyarakat yang suka bersaing tampaknya ”memang menanggapi tantangan untuk mengalahkan orang lain”, buku teks ini menegaskan bahwa sifat suka bersaing bukanlah sifat psikologis sejak lahir. Sesungguhnya, pada akhirnya, persaingan menghalangi seseorang untuk produktif. Serangkaian pengujian menyingkapkan bahwa persaingan ”menghasilkan suatu sikap harus menang dengan cara apa pun, yang sering kali tidak menyumbang kepada mutu kerja yang terbaik”.

Misalnya, persaingan dapat mengembangkan perasaan takut gagal. Namun ketakutan, apakah di sekolah, di tempat kerja atau di mana saja, sebenarnya tidak menyumbang kepada prestasi yang baik. Di samping itu, persaingan dapat mengarah kepada ketidakjujuran atau penipuan. Siswa-siswa yang bersaing secara berlebihan untuk meraih angka-angka yang baik dapat kehilangan pandangan terhadap tujuan pendidikan yang sesungguhnya: memperlengkapi mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik dan lebih produktif.

Pada waktu buku tersebut ditulis pada tahun 1930-an, Psychology and Life mengutip Samoa sebagai contoh masyarakat tanpa persaingan secara umum. ”Masyarakat bekerja dan menyimpan hasil kerja keras mereka di suatu lumbung umum, dan semua orang yang membutuhkannya dapat mengambil sesuai dengan kebutuhan mereka,” katanya menjelaskan, dan menambahkan, ”Para antropolog melaporkan bahwa masyarakat demikian benar-benar sama bahagianya dengan sesama mereka yang individualistis [lebih mementingkan hak-hak perorangan] di bagian-bagian yang lain di dunia.”

Maka, sistem ekonomi yang mendatangkan imbalan dan sukses tidak perlu didasarkan atas persaingan. Seorang pengusaha yang terkemuka mengatakan bahwa persaingan mungkin perlu untuk memotivasi masyarakat yang tidak matang, orang-orang yang matang semestinya tidak sulit menemukan motivasi dalam kegiatan itu sendiri. Sukacita akan ditemui dalam proses belajar, dalam hal bertindak kreatif, dalam membuat orang-orang lain bahagia, dalam membuat kemajuan dan menemukan hal-hal baru.



source:
Sedarlah! Maret 2012

No comments:

Post a Comment