”MANUSIA TERMISKIN
BOLEH DI DALAM PONDOKNYA BERUJAR MENENTANG SEGENAP KEKUATAN RAJA.”—WILLIAM
PITT, POLITIKUS INGGRIS, 1759-1806.
KATA-KATA
Pitt menyiratkan gagasan bahwa setiap orang seharusnya mempunyai hak privasi
hingga taraf tertentu, membangun semacam kubu di sekitar bagian tertentu dari
kehidupannya yang melindunginya dari pengawasan yang tak diinginkan.
Makna
privasi mungkin tidak sama bagi orang-orang yang berbeda kebudayaan. Sebagai
contoh, di Kepulauan Samoa di Pasifik, rumah-rumah biasanya sama sekali tidak
berdinding, dan hampir semua kegiatan keluarga di dalam rumah dapat dengan
mudah terlihat dari luar. Namun, bahkan di sana, memasuki sebuah rumah tanpa
diundang merupakan tindakan yang melanggar tata krama.
Manusia
telah lama mengakui kebutuhan akan suatu kadar privasi pribadi. Sedemikian
pentingnya hak privasi sehingga majalah The UNESCO Courier menyebutnya
sebagai ”dasar untuk hak-hak sipil”. Dengan nada serupa, seorang politikus
Amerika Latin yang berpengaruh mengatakan, ”Dapat dikatakan bahwa semua hak
asasi manusia adalah aspek-aspek hak privasi.”
Akan
tetapi, dalam suasana sekarang yang semakin sarat dengan kejahatan dan terorisme
global, pemerintah dan lembaga penegak hukum semakin merasa bahwa untuk
melindungi warga negara mereka, mereka harus merobohkan tembok privasi.
Mengapa? Karena kelompok-kelompok kriminal dalam masyarakat memanfaatkan hak
privasi sebagai selubung untuk menutupi kejahatan. Oleh karena itu, ada
perjuangan untuk menyeimbangkan tanggung jawab pemerintah guna melindungi warga
negaranya dan hak privasi setiap individu.
Privasi versus Keamanan
Serangan
teroris yang mengguncang dunia pada tanggal 11 September 2001 mengubah
persepsi banyak orang mengenai hak pemerintah untuk menginvasi sejumlah aspek
privasi pribadi. ”[Peristiwa] 11 September mengubah banyak hal,” kata
seorang mantan petinggi perdagangan federal AS kepada BusinessWeek. Ia
mengomentari,
”Teroris beroperasi dalam masyarakat yang privasinya dilindungi.
Jika sejumlah invasi terhadap privasi diperlukan untuk membuka kedok mereka,
kebanyakan orang akan berkata ’Oke, teruskan saja.’”
Majalah itu melaporkan, ”Jajak
pendapat yang diambil sejak 11 September memperlihatkan bahwa 86% orang
Amerika mendukung penggunaan sistem pengenalan wajah secara lebih luas; 81%
menginginkan pemantauan yang lebih saksama terhadap transaksi perbankan dan
kartu kredit; dan 68% mendukung kartu identitas nasional.”
Jenis
kartu identitas yang sedang dipertimbangkan oleh sejumlah pemerintah Barat akan
memiliki kapasitas untuk menyimpan sidik jari dan gambar retina pemiliknya
serta memberikan akses terhadap setiap riwayat kriminal dan catatan
keuangannya. Teknologi memungkinkan informasi dari sebuah kartu identitas
dihubungkan dengan informasi kartu kredit dan dihubungkan ke kamera pengawas
yang dapat mengenali wajah. Dengan demikian, para penjahat bisa ditangkap
setelah mereka membeli barang-barang untuk kegiatan kriminalnya.
Jika para
penjahat mencoba mengelak pendeteksian dengan menyembunyikan bom, senjata api,
atau pisau di balik pakaian, atau bahkan di balik dinding tembok rumah, mereka
masih bisa ditangkap. Beberapa lembaga keamanan memiliki peralatan yang dapat
memperlihatkan gambar benda apa pun yang ada di balik pakaian Anda. Peralatan
radar yang baru-baru ini dikembangkan memungkinkan polisi mengidentifikasi
orang-orang yang bergerak atau bahkan yang bernapas di ruangan sebelahnya.
Tetapi, apakah meningkatnya kesanggupan sarana pengawasan pasti dapat
menurunkan tingkat kejahatan?
Apakah Kamera Menghambat para Kriminal?
Ketika
tingkat kejahatan di Bourke, sebuah kota di pedalaman Australia, mulai
membubung tinggi, empat kamera televisi sirkuit tertutup (CCTV) dipasang. Hasilnya,
tingkat kejahatan turun secara dramatis. Namun, keberhasilan seperti ini tidak
terjadi di semua tempat. Dalam upaya untuk mengurangi tingkat kejahatan di
Glasgow, Skotlandia, 32 CCTV dipasang pada tahun 1994. Sebuah kajian oleh Unit
Riset Pusat Kantor Skotlandia mendapati bahwa setahun setelah pemasangan itu,
sejumlah bentuk kejahatan tertentu menurun. Namun, laporan tersebut
mengomentari, ”Jumlah kejahatan ketidaksenonohan, termasuk prostitusi,
meningkat sebanyak 120; kejahatan ketidakjujuran meningkat sebanyak 2.185; dan
berbagai pelanggaran lainnya (termasuk pelanggaran narkoba) meningkat sebanyak
464.”
Bahkan
jika pengawasan mengurangi kejahatan di satu daerah, hal itu tidak mengurangi
tingkat kejahatan secara keseluruhan. The Sydney Morning Heraldmenonjolkan sebuah fenomena yang oleh polisi dan para kriminolog disebut ”perpindahan”.
Surat kabar itu menyatakan, ”Sewaktu para penjahat tahu bahwa mereka bisa
tertangkap kamera atau polisi yang berpatroli di daerah tertentu, mereka pindah
ke lokasi lain untuk melakukan kejahatan.
Tantangan
yang dihadapi lembaga penegak hukum ialah sistem pengawasan radar atau sinar-X
yang paling mutakhir pun tidak bisa mendeteksi apa yang ada dalam pikiran dan
hati orang, padahal di situlah tempat perjuangan yang sesungguhnya untuk
mengurangi kejahatan, kebencian, dan kekerasan.
Namun,
ada suatu bentuk pengawasan yang sudah berlangsung dan yang jauh lebih meluas
daripada teknologi apa pun yang dirancang oleh manusia sejauh ini. Bentuk
pengawasan ini dan dampaknya yang positif terhadap perilaku manusia akan
dibahas dalam artikel berikut.
Seberapa Pribadikah Riwayat Medis Anda?
Banyak orang mungkin berpikir bahwa privasi riwayat medis mereka—uraian tentang interaksi mereka dengan dokter dan rumah sakit—terjamin. Namun, sebagaimana yang diperingatkan Pusat Informasi Hak Privasi, sebuah organisasi perlindungan privasi, ”Anda mungkin memiliki rasa aman yang palsu.” Dalam bukunya, Database Nation—The Death of Privacy in the 21st Century, Simson Garfinkel menyatakan, ”Dewasa ini, peranan riwayat medis semakin meluas . . . [Riwayat medis] digunakan oleh para majikan dan perusahaan asuransi untuk memutuskan siapa yang dipekerjakan dan diasuransikan. Itu juga digunakan oleh banyak rumah sakit dan organisasi keagamaan untuk meminta sumbangan. Bahkan para pemasar membeli riwayat medis dalam jumlah besar untuk mendapatkan informasi calon pembeli.”
Garfinkel juga mengomentari, ”Proses kerahasiaan semakin diperumit oleh fakta bahwa antara 50 dan 75 orang perlu mengakses ke riwayat medis pasien selama suatu kunjungan biasa ke rumah sakit.” Di beberapa tempat, pasien itu sendiri mungkin tanpa sengaja melepaskan hak privasi mereka dengan menandatangani formulir pembatalan hak secara keseluruhan atau persetujuan umum sewaktu diopname di rumah sakit. Dengan menandatangani formulir-formulir ini, ”Anda memperbolehkan pihak penyedia jasa kesehatan untuk memberikan informasi medis Anda kepada perusahaan asuransi, lembaga pemerintah dan lainnya,” kata Pusat Informasi Hak Privasi.
Privasi Versus Kepentingan Komersial
Para pengguna Internet khususnya rentan terhadap pengawasan yang tak diundang. Pusat Informasi Hak Privasi menyatakan, ”Hampir tidak ada aktivitas atau jasa online yang menjamin hak privasi secara mutlak. . . . Para pengguna Internet bisa mengambil informasi atau dokumen dari situs-situs . . . , atau para pengguna bisa sekadar ’berselancar’ untuk melihat jasa-jasa ini tanpa interaksi apa pun. Banyak pengguna merasa yakin bahwa aktivitas semacam itu bersifat anonim. Ternyata tidak demikian. Bukan hal yang mustahil untuk mencatat banyak aktivitas online, termasuk newsgroup atau file apa saja yang diakses seorang pelanggan dan situs-situs Web mana saja yang dikunjungi seorang pelanggan. . . . Riwayat ’pola berselancar’ pelanggan . . . merupakan sumber pendapatan potensial yang berharga . . . Informasi ini berguna untuk mengarahkan pemasar sebagai dasar untuk mengembangkan daftar sehingga mereka dapat secara spesifik membidik para pengguna online yang memiliki kesukaan dan perilaku yang serupa.”
Apa lagi yang dapat membuat nama Anda tercantum dalam daftar kirim (mailing list) pemasaran langsung? Nama Anda bisa ditambahkan sewaktu Anda melakukan hal-hal berikut:
▪ Mengisi kartu garansi atau kartu registrasi produk.
▪ Menjadi anggota atau menyumbangkan uang kepada klub, organisasi, atau lembaga sosial.
▪ Berlangganan majalah, klub buku, atau klub musik.
▪ Mendaftarkan nama dan alamat Anda di buku telepon.
▪ Ikut serta dalam lotre atau kontes lain.
Selain itu, sewaktu Anda menggunakan kartu debit, kartu kredit, atau kartu pembayaran cek untuk membayar barang belanjaan, perusahaan tersebut dapat mengaitkan nama dan alamat Anda pada daftar barang belanjaan yang Anda beli, seraya barang belanjaan tersebut dilewati alat pemindai harga. Dengan demikian, basis data yang terperinci tentang kebiasaan berbelanja Anda dapat dihimpun dan kemungkinan digunakan untuk tujuan pemasaran.
[Informasi diadaptasi dari situs Web Privacy Watch Clearinghouse.]
Sumber:
Sedarlah! 22/1 2003
No comments:
Post a Comment