When you run so fast to get somewhere, you miss the fun of getting there.
Life is not a race, so take it slower.
Hear the music before the song is over.
You are part of the puzzle of someone else's life.
You may never know where you fit but others will fill the holes in their lives with pieces of you.
So if you run out of reasons to live, remember that someone else's life may never be complete without you in it.

Friday, July 5, 2013

Apakah FIlm-FIlm Kartun TV yang Penuh Kekerasan Berbahaya?


”BUGS Bunny Dipersalahkan atas Perkelahian Antar Sekolah,” demikian bunyi kepala berita The Times dari London. Surat kabar tersebut melaporkan apa yang dirasakan beberapa guru berkenaan perilaku anak-anak yang disinyalir meniru adegan-adegan penuh kekerasan dari film-film kartun di TV.
”Kebanyakan film kartun penuh kekerasan,” kata seorang wakil kepala sekolah dasar, ”dan bahkan jika pihak yang baik pada akhirnya menang, caranya untuk menang sangat tidak terpuji.” Apakah Anda merasakan hal yang sama terhadap kecenderungan pada film-film kartun?
Dihadapkan dengan meningkatnya popularitas animasi, yang kini secara meluas tersedia melalui video, banyak orang-tua merasa khawatir. Ada orang-tua yang merasa pilu karena ”mentalitas film kartun” dalam diri anak-anak mereka, dan bahkan menuduh film-film kartun menganjurkan tindak kekerasan, ketidakjujuran, dan ketidakpatuhan.
Tetapi, benarkah terdapat bahaya dalam menonton film kartun, bahkan jika film-film tersebut memang berisi beberapa adegan yang penuh kekerasan?

Adakah Bahayanya?

Menurut anggaran dasar BBC (British Broadcasting Corporation), para produser TV harus mempertimbangkan dengan hati-hati pengaruh dari kekerasan apa pun yang ditayangkan dalam mata acara mereka, termasuk film-film kartun. ”Bangkitnya emosi sebagai akibat meningkatnya kekerasan dengan kesanggupan penonton untuk larut dalam situasi tersebut” merupakan pandangan resmi.
Pada dasarnya, film-film kartun menyajikan situasi yang penuh khayalan; jadi apakah kecil bahayanya? Sebagian besar anak yang keranjingan film-film kartun jelas menontonnya sebagai hiburan. Film-film kartun memang menghibur. Namun, apakah ada efek sampingannya? Ya, tentu, karena film kartun apa pun dapat menimbulkan kesan yang bertahan lama. Dr. Gregory Stores dari Universitas Oxford memberi tahu TV Times, majalah tentang acara televisi, bahwa film-film kartun yang ditonton anak-anak adalah salah satu sumber ”monster, hantu atau binatang buas” yang pada umumnya hadir dalam mimpi buruk anak-anak.
Demikian pula, hasil penelitian pemerintah Inggris Screen Violence and Film Censorship mengakui bahwa orang-orang yang menyertai anak itu menonton sebuah film menentukan dampak dari film itu atas anak tersebut. Maka suatu bahaya bagi seorang anak dapat terletak pada menonton film kartun tanpa pengawasan.
Laporan yang sama menyatakan bahwa anak-anak usia prasekolah siap meniru aksi kekerasan yang mereka tonton dan dengan ”berbagai ’dorongan’ emosi”, anak-anak yang berusia lebih tua kira-kira lima atau enam tahun akan terlibat dalam tindakan agresif yang mereka telah pelajari.
Karenanya, penyiar-penyiar TV mengakui adanya kemungkinan bahwa setelah suatu jangka waktu, menonton kekerasan di televisi dapat memberi ”pengaruh yang menumpulkan perasaan atau yang menyepelekan terutama pada anak-anak”, berapa pun usia mereka. Ini dapat membuat mereka kurang sensitif untuk terlibat dalam kekerasan atau membuat mereka tidak punya perasaan ketika hal itu menimpa orang lain.


Pecandu ”Bugs Bunny” atau ”Tom and Jerry”, yang mungkin pertama kali menonton tokoh-tokoh itu bertahun-tahun yang lalu di layar film, kini mungkin telah menjadi orang-tua dan, dengan menekan tombol, dapat menyetel TV untuk menyaksikan versi yang lebih modern dari film-film tersebut. Namun standar-standar telah berubah. Dengan memikirkan kesejahteraan anak-anak mereka, orang-tua tentu akan berupaya memonitor isi film-film kartun dewasa ini.
Perhatikan kasus dari ”Teenage Mutant Ninja Turtles” (Mutan Kura-Kura Ninja Remaja). Tokoh-tokoh film Amerika ini dianggap terlalu kasar bagi kebanyakan pemirsa Eropa. Oleh karena itu, sebelum menayangkan film seri kartun yang diproduksi secara canggih di Inggris ini, BBC membuang beberapa adegan. BBC bahkan menghapus kata ”Ninja” karena kata itu menunjuk pada pejuang Jepang. Sebagai gantinya, stasiun tersebut menyebut mereka ”Teenage Mutant Hero Turtles” (Mutan Kura-Kura Pahlawan Remaja).
Meskipun demikian, beberapa orang-tua menyatakan kecemasan. Seorang ibu memberi tahu surat kabar Scotsman, ”Anak-anak sangat mudah tertipu. Anak saya yang berusia lima tahun tergila-gila pada kura-kura. Ketika saya pergi menjemputnya dari sekolah, anak-anak di halaman semuanya sedang mencoba saling menendang.”
Kekhawatiran yang dirasakan para orang-tua dan guru di luar dugaan juga dirasakan oleh beberapa pemilik toko mainan. Sebuah toko di Inggris mengumumkan larangan menjual mainan Kura-Kura Ninja karena takut kalau-kalau anak-anak ”menteror satu sama lain dengan tendangan karate dan membahayakan kehidupan mereka dengan bersembunyi dalam saluran-saluran pembuangan limbah”. Apakah ada bahaya-bahaya lain?


 

Bahaya Tersembunyi

”Sarana pemasaran produk bagi anak-anak yang kemungkinan luar biasa sukses sepanjang masa” adalah cara sebuah surat kabar menguraikan kaitan antara film kartun ”Turtles” dengan pemasaran produk yang berhubungan dengannya. Meskipun keterkaitan semacam itu bukan hal baru, ”apa yang baru dengan Kura-Kura tersebut yaitu antusiasmenya yang luar biasa” di pasar.
Dalam hal ini, para pemegang lisensi berminat menjual kira-kira 400 produk Kura-Kura, seperti komik dan T-shirt, untuk menarik para remaja. Nah, jika menonton film kartun begitu memikat anak-anak sehingga mereka menginginkan barang-barang tadi, adegan-adegan yang mereka tonton dalam film kartun yang sama itu tentu saja memberi pengaruh tertentu! Akan tetapi, beberapa orang mungkin mengatakan bahwa mode baru ini tidak akan bertahan lama.
Bahkan jika mode semacam itu tidak langgeng, film-film kartun lama yang disenangi tetap memiliki daya tarik. ”Mutant Turtles mungkin hanya mode yang bertahan sebentar, namun Tom and Jerry bertahan selamanya,” kata The Times dari London. Maka, Anda mungkin harus mengajukan beberapa pertanyaan kepada diri Anda. Apakah dengan menonton film-film kartun semacam itu di rumah, Anda menunjukkan kepada anak-anak bahwa Anda menyetujui setiap tindakan yang dilukiskan? Bagaimana dengan adegan kekejaman terhadap binatang? Tentu saja, Anda mungkin berpendapat bahwa film kartun tidak dapat disamakan dengan kehidupan nyata. Tetapi, tahukah Anda apa yang kini terjadi pada film-film kartun? Animatronik!
”Animatronik” adalah muslihat elektronika yang membuat fantasi film kartun terlihat nyata, begitu nyata sehingga para pemirsa merasa sulit untuk membedakan antara film kartun dan film sungguhan. ”Dunia animatronik begitu meyakinkan dalam pengambilan gambar dari jarak dekat,” kata The Sunday Times Magazine, ”sehingga bahkan para penonton yang paling sinis sekalipun, yang terbiasa dengan tipuan-tipuan film yang fantastis, tidak teralihkan perhatiannya oleh pori-pori yang palsu atau kerut-kerut tipuan.” Adegan-adegan kejam yang disajikan dengan teknik ini secara mengejutkan tampak sungguhan.
Pertimbangkan juga standar-standar perilaku yang ditawarkan film-film kartun modern kepada generasi penerusnya. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam salah satu film kartun baru yang digemari adalah ”sebuah keluarga menjengkelkan yang kasar bicaranya, malas dan ’gagal’”, kata The Times dari London. Mereka menarik ”antara lain karena mereka begitu anti terhadap struktur kekuasaan yang ada”.
Ya, para orang-tua, Anda tentu memiliki alasan kuat untuk khawatir bila Anda mempertimbangkan film kartun yang ditonton anak-anak Anda. Lalu, apa yang dapat Anda lakukan?

Buanglah ’Hiburan yang Penuh Kekerasan’

Evaluasilah untung-ruginya hiburan yang dipersiapkan. Dengan mencamkan kesejahteraan keluarga, beberapa orang-tua telah memutuskan untuk tidak menyediakan TV sama sekali. Orang-tua lainnya membantu anak-anak mereka untuk menimbang baik-buruknya acara-acara TV yang mereka izinkan untuk ditonton. The Independent dari London menjelaskan, ”Semakin terlatih seorang anak (atau bahkan seorang dewasa) menilai film kartun, iklan, atau siaran berita dengan kritis dan analitis, semakin besar kemungkinan anak tersebut mendapat manfaat dari media.” Orang-tua tentunya berada dalam posisi yang terbaik untuk membantu anak-anak mereka melakukan hal ini.
Sebuah penelitian baru-baru ini berkenaan keterlibatan televisi dalam kehidupan keluarga memfokuskan pada dua metode pengajaran yang berbeda. Satu menyangkut bernalar dan menjelaskan, digabungkan dengan daya tarik terhadap semangat sang anak untuk mencapai sesuatu. Yang lainnya terutama menggunakan hukuman dan ancaman. Apa yang ditunjukkan oleh hasil penelitian tersebut?
Anak-anak yang orang-tuanya mengancam mereka dengan hukuman memperlihatkan rasa suka akan ”acara televisi yang bersifat anti-sosial”, sementara ”anak-anak yang didisiplin oleh ibu mereka terutama dengan metode bernalar dan menjelaskan sedikit sekali terpengaruh” oleh adegan-adegan semacam itu. Jadi, orang-tua yang penuh perhatian menjelaskan kepada anak-anaknya mengapa tidak bijaksana untuk menonton film kartun yang penuh kekerasan. Namun ingat, anak-anak adalah peniru-peniru sejak lahir, dan ini memberi suatu tanggung jawab besar kepada orang-tua untuk menghindari tontonan-tontonan yang dipenuhi kekerasan sebagai hiburan. Jika Anda menontonnya, anak-anak Anda akan menganggap bahwa mereka pun tidak salah untuk menonton acara tersebut.
Anda mungkin bertanya, ’Lalu, bagaimana saya dapat menyediakan hiburan bagi anak saya?’ Satu saran: Mengapa tidak mencari hiburan dengan menonton binatang-binatang sungguhan? Apakah Anda tinggal dekat suaka margasatwa atau kebun binatang yang dapat Anda kunjungi sekeluarga? Jika tidak, Anda selalu dapat memilih video yang cocok tentang kehidupan binatang di alam bebas untuk ditonton di rumah.
Sayangnya, tidak seorang pun dari antara kita dewasa ini dapat melepaskan diri dari kekerasan dalam dunia tempat kita tinggal ini. Tetapi, tidak soal kita sudah tua atau masih muda, kita dapat dengan bijaksana, jika kita mau, menghindari tontonan apa pun yang memupuk kekerasan.


Sumber:
Sedarlah! 8/12 1993


No comments:

Post a Comment