When you run so fast to get somewhere, you miss the fun of getting there.
Life is not a race, so take it slower.
Hear the music before the song is over.
You are part of the puzzle of someone else's life.
You may never know where you fit but others will fill the holes in their lives with pieces of you.
So if you run out of reasons to live, remember that someone else's life may never be complete without you in it.

Monday, July 8, 2013

Mengapa Orang Mengutil?

”Saya tidak menganggap hal itu sebagai pencurian, saya menganggapnya sebagai realokasi sumber daya ekonomi yang sangat dibutuhkan.”—SEORANG IMAM GEREJA INGGRIS.

ANDAIKAN legenda-legenda dapat dipercaya, Robin Hood merasa bahwa mencuri itu tidak apa-apa. Cerita rakyat Inggris mengisahkan bahwa ia merampok si kaya dan memberikan hasilnya kepada si miskin. Imam yang kata-katanya dikutip di atas juga berpendapat bahwa kemiskinan adalah motif yang sah untuk mencuri. Mengenai para pengutil, ia mengatakan, ”Saya menaruh simpati yang dalam kepada mereka, malah saya menganggap mereka sepenuhnya benar.” Ia berpendapat bahwa toko-toko besar seharusnya membuka pintu mereka untuk orang miskin sehari dalam setahun dan membiarkan mereka mengambil apa saja yang ada di rak tanpa harus membayar.

Akan tetapi, banyak pengutil didorong oleh motif lain, bukannya oleh kemiskinan. Di Jepang, polisi menangkap dua rekan mereka karena mengutil. Di Amerika Serikat, seorang anggota dewan koperasi nirlaba di bidang makanan tertangkap basah sedang mencuri di toko koperasi itu. Para remaja yang beruang sering kali mencuri barang-barang yang tidak mereka butuhkan. Apa yang mendorong orang-orang ini untuk mengutil?

’Asyik Rasanya’

 

 

Sensasi. Ketegangan. Kuasa. Seperti dua gadis di artikel sebelumnya (Mengutil—Kesenangan Tak Berbahaya atau Kejahatan Serius?), beberapa orang yang mengutil merasakan sensasi hebat ini, dan hasrat untuk merasakan sensasi itu membuat mereka terus-menerus mencuri. Setelah mencuri untuk yang pertama kali, seorang wanita mengatakan, ”Saya merasa senang. Saya mengutil tanpa tertangkap dan rasanya luar biasa!” Mengenai perasaannya setelah mencuri selama beberapa waktu, ia berkomentar lagi, ”Saya malu terhadap diri sendiri—tetapi juga gembira. Saya merasa sangat ceria. Mencuri dan tidak tertangkap membuat saya merasa hebat.”

Seorang pemuda bernama Hector mengatakan bahwa selama berbulan-bulan setelah ia berhenti mengutil, ia merasakan desakan untuk mencuri lagi. ”Perasaan itu menghantui saya seperti kecanduan. Sewaktu saya berada di mal dan melihat sebuah radio di etalase toko, saya membayangkan, ’Mudah sekali mengambil radio itu. Saya dapat melakukannya dan tidak akan tertangkap.’”

Beberapa orang yang mengutil untuk kesenangan tidak menginginkan barang yang mereka curi. Sebuah surat kabar India menyatakan, ”Para psikolog mengatakan bahwa sensasi dari melakukan perbuatan terlarang itulah yang mendorong orang-orang ini. . . . Beberapa pengutil bahkan mengembalikan barang yang mereka curi.”

Alasan Lainnya

Depresi mempengaruhi puluhan juta orang. Adakalanya, orang yang menderita depresi menyalurkan perasaannya dengan perilaku yang buruk—seperti mengutil.

Ada seorang gadis berusia 14 tahun yang dibesarkan dalam keluarga yang rukun dan berada secara materi. Meski demikian, ada perasaan hampa yang meliputi remaja itu ”bagaikan awan”. ”Saya tidak bisa melepaskan diri dari perasaan itu,” katanya. Ia mulai menggunakan alkohol dan narkoba. Kemudian suatu hari, ia tertangkap basah sedang mengutil. Berikutnya, ia dua kali berupaya bunuh diri.

Jika remaja baik-baik tiba-tiba mulai mengutil, orang tua hendaknya memperhatikan apakah sang anak mengalami tekanan emosi. Dr. Richard MacKenzie, seorang ahli kesehatan remaja, mengatakan, ”Saya yakin bahwa setiap jenis perilaku anak kita yang tidak lazim hendaknya dianggap sebagai kemungkinan depresi sampai bukti menunjukkan hal lain.”

Orang tua yang peduli berupaya memahami mengapa seorang anak mengutil
 Beberapa orang muda mengutil karena tekanan dari teman sebaya—perbuatan mencuri ini dianggap sebagai karcis masuk ke dalam sebuah kelompok teman. Yang lain mengutil untuk mengusir kebosanan. Sedangkan orang yang pekerjaannya mengutil memang mencari nafkah dengan mencuri. Apa pun alasannya, para pencuri setiap harinya mengeruk jutaan dolar dalam bentuk barang dari toko. Dan, seseorang harus menanggung kerugiannya.


KLEPTOMANIA


  ”Sejak saya masih remaja,” kata Maria, ”saya punya masalah dengan pengutilan. Dorongan untuk mencuri semakin parah sampai-sampai saya mencuri barang senilai 500 dolar AS per hari.
  ”Saya tidak bermaksud mencuri, tetapi dorongan itu semakin hebat. Saya benar-benar ingin berubah.” Karena dorongan untuk mencuri semakin sukar dikendalikan, Maria curiga bahwa ia menderita kleptomania.
  Kata ”kleptomania” berarti ”dorongan untuk mencuri yang tidak dapat dikendalikan, khususnya tanpa alasan ekonomi”. Ini bukan kecanduan biasa; kelainan ini bersumber dari problem emosi yang berurat berakar.
  Ada yang langsung menyebut pencuri kambuhan sebagai kleptomaniak, tetapi para dokter yakin bahwa jarang ada orang yang benar-benar mengidap kleptomania. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, kurang dari 5 persen pengutil mengidap kelainan ini. Maka, ada baiknya tidak tergesa-gesa mengaitkan orang yang suka mencuri dengan kleptomania. Bisa jadi ada alasan lain mengapa seseorang mencuri.




 Artikel terkait:

Mengutil—Kesenangan Tak Berbahaya atau Kejahatan Serius?

Pengutilan—Siapa yang Dirugikan?

Berakhirnya Pengutilan


Sumber:
Sedarlah! 22/6 05 hlm. 3-10


No comments:

Post a Comment