Dalam berbahasa sehari-hari ataupun secara formal, dalam
bentuk tulisan maupun lisan, pernalaran yang tepat perlu digunakan. Khususnya dalam
penulisan, kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta,
membandingkan dan sebagainya supaya bisa menarik kesimpulan yang tepat. Cara menarik
kesimpulan dari pernalaran dibagi menjadi dua, yaitu pernalaran deduktif dan pernalaran
induktif. Namun pada kesempatan ini saya hanya akan mengulas mengenai pernalaran
deduktif dan bentuk-bentuknya (silogisme dan entimen).
PERNALARAN DEDUKTIF
Pernalaran deduktif merupakan metode untuk menarik
kesimpulan dengan menhubungkan data-data yang bersifat umum, kemudian dijadikan
suatu simpulan atau fakta yang khusus.
Contoh:
Premis 1 = Semua makhluk adalah ciptaan Tuhan. (U)
Premis 2 = Manusia adalah
makhluk hidup. (U)
Simpulan = Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. (K)
Dapat dilihat dari contoh diatas bahwa pernalaran ini dimulai
dengan suatu premis (pernyataan dasar) untuk
menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya
apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan
tersebut.
Jadi sebenarnya proses deduksi ini tidak menghasilkan suatu
pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan kesimpulan yang konsisten
berdasarkan pernyataan dasarnya.
BENTUK PERNALARAN DEDUKTIF
Menurut bentuknya, pernalaran deduktif dibagi menjadi dua
yaitu:
- Silogisme, dan
- Entimen.